Fraiza Geraldi Alghifary

welcome to our blog

Welcome

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio


  • POWER  
    Untuk menghidupkan atau mematikan OsiloskopJika saklar ini kita On-kan, maka LED di samping saklar akan menyala. 


    Kontrol INTENSITY 
    Untuk mengatur intensitas/keterangan cahaya pada layar. Sebaiknya dijaga agar tidak pada kedudukan maksimal. 


    Pengontrol FOCUS 
    Untuk memperjelas/mempertajam garis atau sinyal keluaran. 


    TRACE ROTATION 
    Untuk mengatur kedudukan garis horisontal secara paralel dengan garis graticule. 


    Masukan CH1 (X) 
    Masukan terminal  CH1. Pada saat pengoperasian X-Y, masukan ini menjadi masukan terminal X-axis (absis). 


    Masukan CH2 (Y) 
    Masukan terminal  CH2. Pada saat pengoperasian X-Y, masukan ini menjadi masukan terminal Y-axis (ordinat). 


    Pemilih AC, GND, DC
    AC   : Untuk menahan sinyal dc dan melalukan sinyal ac yang masuk ke attenuator.
    GND: Sinyal masukan akan di-off-kan dan attenuator akan di ground-kan.
    DC   : Semua sinyal akan terhubung langsung ke attenuator. 


    Saklar VOLT/DIV CH1/CH2 
    Attenuator CH1 (X) dan CH2 (Y). 
    Faktor pemilihannya dari 5v/div sampai 5mv/div.



    VOLT/DIV
    Untuk menunjukkan besarnya tegangan yang tergambar pada layar perkotak dalam arah vertikal. 


    VARIABLE 

    Untuk penyesuaian sensitivitas (kepekaan), dengan faktor 1/3 atau kurang dari harga pada panel indikator. Pada posisi  CAL, kepekaan dikalibrasikan terhadap harga pada panel indikator. 


    CAL (Vp-p) 

    Untuk mengkalibrasi  osiloskop sebelum digunakan. 


    POSITION Vertikal

    CH2: Untuk mengatur posisi sinyal dari CH2 pada posisi vertikal.
    CH1: Untuk mengatur posisi sinyal dari CH1 pada posisi vertikal.  


    POSITION Horizontal

    Untuk mengatur posisi gambar/sinyal pada posisi horisontal.Jika saklar ini ditarik, maka  sinyal pada posisi horisontal tersebut akan diperbesar 10X 


    VERT MODE
    CH1   : Hanya menampilkan sinyal pada CH1
    CH2   : Menampilkan sinyal CH2 dan saklar (X-Y).
    DUAL: Menampilkan 2 pengoperasian sekaligus (CH1 dan CH2). CHOP: Menampilkan isyarat dari masukan yang dipotong-potong dg freq. 500 kHz. Tarik  saklar HOLD OFF jika ingin menggunakan fungsi CHOP. 


    ADD  : Untuk mengukur jumlah atau perbedaan dari sinyal CH1 dan CH2. Tarik saklar PULL INV jika ingin menggunakan fungsi ADD.  




    TRIGGER SOURCE (sumber pemicu)
    CH1 : Sinyal CH1 sebagai sumber pemicu.
    CH2 : Sinyal CH2 sebagai sumber pemicu.
    LINE: Sinyal AC line sebagai sumber pemicu.
    EXT : Sumber picu diambil dari EXT TRIG. 


    TRIGGER COUPLING
    AUTO: Pemicuan dilakukan secara otomatis.
    NORM: Pemicuan dilakukan secara normal. 


    SLOPE and TRIG LEVEL
    + : Pemicuan terjadi ketika sinyal picu memotong taraf picu positip.
    -  : Pemicuan terjadi ketika sinyal picu memotong taraf picu negatip.


    TRIG LEVEL: 
    Untuk menampilkan bentuk gelombang sinkron dan men-set bentuk  gelombang awal. 


    Pengontrol HOLD OFF  
    Untuk menstabilkan sinyal dengan periode berulang yang komplek. 


    TIME/DIV 

    Menyatakan faktor pengali untuk waktu dari gambar pada layar dalam arah horisontal.


  • Resistor

    Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi atau menghambat arus listrik yang melewatinya dalam suatu rangkaian.
              Sesuai dengan nama dan kegunaanya maka resistor mempunyai sifat resistif (menghambat) yang umunya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm di jelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah resistor dinyatakan dalam satuan Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Untuk menggambarkanya dalam suatu rangkaian dilambangkan dengan huruf R, karena huruf  ini merupakan standart internasional yang sudah disepakati bersama untuk melambangkan sebuah komponen resistor dalam sebuah rangkaian.

    1. Jenis - Jenis Resistor
               Berdasarkan jenis bahan yang digunakan untuk membuatnya, resistor dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain resistor kawat, resistor arang,  resistor oksida logam, resistor film, resistor karbon, dan banyak lagi jenis lainya. Namun dalam praktek perdagangan di pasaran, resistor hanya di bedakan menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variable resistor).

    a. Resistor tetap (Fixed resistor)  

              Resistor tetap adalah resistor yang nilai hambatanya tidak dapat dirubah-rubah dan besarnya sudah ditentukan oleh pabrik yang membuatnya. Ciri fisik untuk mengenali resistor jenis ini adalah bahan pembuat resistor berada di tengah, dan pada kedua ujungnya terdapatconducting metal, kemasan seperti inilah yang dinamakan dengan axial. Ukuran fisik resistor tetap bermacam-macam yaitu tergantung besarnya daya yang dimilikinya. Misalnya resistor tetap dengan daya 2 watt akan mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih besar dari pada resistor yang mempunyai daya 1/4 watt.

    b. Resistor tidak tetap (Variable Resistor)

              Resistor tidak tetap adalah resistor yang mempunyai nilai resistansi yang dapat diubah2 sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Perubahannya dapat dilkaukan dengan cara memutar atau menggeser pengaturnya yang memang sudah disediakan, namun ada pula nilai perubahan resistansinya akan dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya misalnya suhu, cahanya, suara, dll, sehingga dapat dijadikan sebagai sakelar otomatis.



    2. Macam - Macam Resistor
    Macam-macam resistor tetap (Fixed Resistor) :
    1. Resistor Kawat

      Resistor kawat adalah jenis resistor generasi pertama yang lahir pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa (vacuum tube). Bentuknya bervariasi dan memiliki ukuran yang cukup besar. Resistor kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian power karena memiliki resistansi yang tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Jenis lainnya yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis resistor dengan lilitan kawat yang dililitkan pada bahan keramik, kemudian dilapisi dengan bahan semen. Rating daya yang tersedia untuk resistor jenis ini adalah dalam ukuran 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt. Ilustrasi dari resistor kawat dapat dilihat pada gambar di samping.




    2. Resistor Batang Karbon (Arang)

      Pada awalnya, resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang kemudian diberi tanda dengan kode warna berbentuk gelang dan pembacaannya dapat dilihat pada tabel kode warna. Jenis resistor ini juga merupakan jenis resistor generasi awal setelah adanya resistor kawat. Sekarang sudah jarang untuk dipakai pada rangkaian – rangkaian elektronika



    3. Resistor Keramik atau Porselin
          Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang elektronika, saat ini telah dikembangkan jenis resistor yang terbuat dari bahan keramik atau porselin. Kemudian, dengan perkembangan yang ada, telah dibuat jenis resistor keramik yang dilapisi dengan kaca tipis. Jenis resistor ini telah banyak digunakan dalam rangkaian elektronika saat ini karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.


    4. Resistor Film Karbon
    Resistor film karbon ini adalah resistor hasil pengembangan dari resistor batang karbon. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para produsen komponen elektronika telah memunculkan jenis resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna. Resistor ini juga sudah banyak digunakan dalam berbagai rangkaian elektronika karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi. Namun, untuk masalah ukuran fisik, resistor ini masih kalah jika dibandingkan dengan resistor keramik. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.



    5. Resistor Film Metal

      Resistor film metal dibuat dengan bentuk hampir menyerupai resistor film karbon. Resistor tahan terhadap perubahan temperatur. Resistor ini juga memiliki tingkat kepresisian yang tinggi karena nilai toleransi yang tercantum pada resistor ini sangatlah kecil, biasanya sekitar 1% atau 5%. Jika dibandingkan dengan resistor film karbon, resistor film metal ini memiliki tingkat kepresisian yang lebih tinggi dibandingkan dengan resistor film karbon karena resistor film metal ini memiliki 5 buah gelang warna, bahkan ada yang 6 buah gelang warna. Sedangkan, resistor film karbon hanya memiliki 4 buah gelang warna. Resistor film metal ini sangat cocok digunakan dalam rangkaian – rangkaian yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, seperti alat ukur. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.
               



    Macam-macam resistor tidak tetap (Variable Resistor) :
    1. Potensiometer
        Potensiometer merupakan variable resistor yang paling sering digunakan. Pada umumnya, potensiometer terbuat dari kawat atau karbon. Potensiometer yang terbuat dari kawat merupakan potensiometer yang telah lama lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa (vacuum tube). Potensiometer dari kawat ini memiliki bentuk yang cukup besar, sehingga saat ini sudah jarang ada yang memakai potensiometer seperti ini. Pada saat ini, potensiometer lebih banyak terbuat dari bahan karbon. Ukurannya pun lebih kecil, namun dengan resistansi yang besar. Gambar di samping adalah potensiometer yang terbuat dari bahan karbon. Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya berdasarkan perhitungan logaritmik. Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer tersebut logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya, nilai resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer.

                         



    2. Potensiometer Geser

    Potensiometer geser merupakan kembaran dari potensiometer. Perbedaannya adalah cara mengubah nilai resistansinya. Pada potensiometer, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang yang muncul keluar. Sedangkan, untuk potensiometer geser, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul keluar. Bentuk dari potensiometer geser dapat dilihat pada gambar di samping. Pada umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat potensiometer ini adalah karbon. Adapula yang terbuat dari kawat, namun saat ini sudah jarang digunakan karena ukurannya yang besar. Pada potensiometer geser ini, perubahan nilai resistansinya hanyalah perubahan secara linier.
                    


    3. Trimpot
      Trimpot adalah kependekan dari Tripotensiometer. Sifat dan karakteristik dari trimpot tidak jauh beda dengan potensiometer. Hanya saja, trimpot ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan potensiometer. Perubahan nilai resistansinya juga dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Huruf B yang tertera pada trimpot menyatakan perubahan nilai resistansinya secara logaritmik, sedangkan huruf A untuk perubahan secara linier. Untuk mengubah nilai resistansinya, kita dapat memutar lubang tengah pada badan trimpot dengan menggunakan obeng. 

            

    4. NTC dan PTC
      NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor yang nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan temperatur di sekelilingnya. Untuk NTC, nilai resistansi akan naik jika temperatur sekelilingnya turun. Sedangkan, nilai resistansi PTC akan naik jika temperatur sekelilingnya naik. Kedua komponen ini sering digunakan sebagai sensor untuk mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya. 

           



    5. LDR
      LDR (Light Dependent Resistor) merupakan resistor yang nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan intensitas cahaya di daerah sekelilingnya. Pada prinsipnya, intensitas cahaya yang besar mampu mendorong elektron untuk menembus batas – batas pada LDR. Dengan demikian, nilai resistansi LDR akan naik jika intensitas cahaya yang diterimanya sedikit atau kondisi sekelilingnya gelap. Sedangkan, nilai resistansi LDR akan turun jika intensitas cahaya yang diterimanya banyak atau kondisi sekelilingnya terang. LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya, khususnya sebagai sensor cahaya yang digunakan pada lampu taman.

                



    3. Fungsi atau Kegunaan Resistor
    Sebagai pembagi arus
    Sebagai pembagi tegangan
    Sebagai penurun tegangan
    Sebagai penghambat aliran arus listrik.
    Sebagai pembatas / pengatur arus listrik






Comments

The Visitors says